Selasa, 25 Januari 2011

Semua baik....

Berbicara tentang gambar, banyak orang lebih menyukai gambar yang penuh warna (full color) dari pada sekedar hitam putih (black and white). Di antara warna-warna tersebut warna apakah yang terbaik? Jika kita disuruh memilih satu warna saja, pasti hasil pilihan kita akan berbeda satu dengan yang lain. Tetapi perbedaan pilihan warna tidak menunjukkan baik-buruknya warna. Itu hanya menunjukkan bahwa selera kita terhadap warna memang berbeda-beda. Warna bersifat netral. Semua warna baik. Semua warna indah, asalkan sesuai dengan sekitarnya.

Seperti itulah Tuhan menciptakan alam semesta ini. Termasuk kita yang hidup di dalamnya. Warna kulit kita bisa berbeda satu dengan yang lain. Ada yang berkulit putih, hitam, sawo matang, dan sebagainya. Rambut pun demikian: yang satu kriting dan yang lain lurus. Warna kulit manakah yang baik? Rambut jenis apakah yang baik? Semua warna kulit baik. Semua warna kulit indah. Semua jenis rambut baik, semua jenis rambut indah.

Belum lagi ketika manusia berbicara dengan bahasa mereka masing-masing. Bahasa manakah yang baik? Apakah bahasa Indonesia lebih baik dari bahasa Jerman? Ataukah bahasa Inggris lebih baik dari bahasa Rusia? Jangan-jangan … bahasa Jawalah yang terbaik? Tak ada bahasa yang bisa dikatakan baik atau buruk. Semua bahasa baik. Semua bahasa indah. Mengapa?

Karena Tuhan sendiri yang menciptakan semuanya itu. Ia baik. Tak mungkin Ia menghasilkan yang tidak baik. Warna hitam itu baik, warna putih juga baik. Tergantung dipakai di mana dan untuk keperluan apa. Rambut kriting baik, rambut lurus juga baik. Berbahasa apa pun baik, asalkan di tempat dan waktu yang tepat dengan orang yang tepat.

Yang lebih dilihat Tuhan adalah yang ada di dalam. Something inside! Bukan sekedar yang ada di luar. Kita semua pun harus belajar menghargai semua orang. Tidak meremehkannya. Tidak mengabaikannya. Mari kita belajar untuk tidak melihat tebal tipisnya dompet mereka. Tidak melihat kendaraan yang mereka kendarai. Tidak melihat busana yang mereka kenakan. Tidak melihat gelar yang mereka miliki. Tidak melihat di kompleks perumahan mana mereka tinggal. Juga tidak melihat agama atau kepercayaan yang mereka anut. Mari kita semua belajar mengasihi mereka, sebab Tuhanlah yang menciptakan dan mengasihi mereka.

(Sumber : Hold My Hand 140111)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar